Dia yang salah malah biasa aja.
Aku mengalaminya, Ketika membela kebenaran itu jauh lebih sulit daripada mempertahankan kesalahan. Bukan karena cobaan nya yang menghadang namun kesulitan itu memang berasal dari diri kita sendiri. Yang mempersulit keadaan memang tak jauh, bukan orang lain tapi diri sendiri. Faham gak?
Jadi begini, ada satu kejadian yang membuatku aneh sendiri. Aku tinggal di sebuah asrama pesantren, dan tentunya setiap asrama punya peraturan masing-masing yang telah disepakati dan diketahui para santri. Salah satunya adalah larangan membawa dan menyimpan alat komunikasi seperti HP.
Nah, salah satu santri yang mana adalah temanku, melanggar peraturan tersebut. Hal itu diketahui oleh beberapa pengurus asrama yang usia nya sama denganku. Tidak ada tindakan dari mereka, karena ya mungkin merasa tidak enak hati. Namun karena aku belum terlalu kenal dengannya yang artinya aku berani melakukan hal yang harus kulakukan. Dengan merazia.
Anehnya, tubuhku bergetar saat mengambil HP tersebut, ada perasan takut disana yang padahal apa yang kulakukan ini benar. Dan sudah kewajiban untuk mendisiplinkan mereka. Jantung ku berdetak kencang saat harus membenarkan seorang teman yang salah.
Selalu saja begitu, ketika kita berada pada titik untuk membela kebenaran apalagi posisi salah itu ditempati teman kita, ada perasaan takut di sana. Menyebalkan sekali bagiku, karena itu bisa menjadi penghambat saat harus meluruskan semuanya.
Ini pengalaman ku teman, aneh tapi nyata. Tubuh ku bergetar takut saat merazia hp nya😅😅
Kenapa ya?
#odop7
Posting Komentar
Posting Komentar