Kenapa anak
pondok mental nya harus lebih kuat dari anak yang tidak tinggal di pondok?
Pertanyaan ini
terlintas di benak saya saat pikiran ku penuh akan hal-hal yang entah sayapun tak
tahu secara detail nya, intinya pikiran saya benar-benar njelimet. Mulai dari
numpuknya sesuatu yang bernama tugas, baik itu di kampus, rumah, lingkungan dan
sebagainya yang secara saya punya banyak tugas, ingin sekali rasanya saya berteriak dan melepaskan semua beban pikiran yang terasa berat di kepala, namun
otak ini masih bekerja dengan baik untungnya. Beban, masalah, tugas tidak
akan selesai hanya dengan satu teriakan saja.
Baiklah kenapa saya jadi curhat, hehe maafin...
Jadi, kenapa
dengan pertanyaan di atas?
Pengamatan ku
terhadap anak-anak yang memutuskan untuk hidup di lingkungan pondok adalah
anak-anak yang kuat. Pasalnya mereka tinggal dalam komunitas masyarakat yang
besar, dan kalian tahu istilah sunda yang mengatakan “piring moal paketrok
jeng mangkok, pasti paketrok jeng piring deui” yang jika dalam bahasa indonesia adalah “piring
tidak akan beradu dengan mangkuk, pasti dengan piring lagi”, nah makna dari
peribahasa sunda tersebut adalah bahwa manusia tidak akan punya masalah dengan
yang lain lagi, pasti bermasalah dengan manusia lagi terutama yang ada di dekatnya.
Anak-anak yang
berada di rumah masing-masing sepulang sekolah, yang mereka temui tidak lain
adalah anggota keluarga, yang rasa sayang nya tidak perlu di pertanyakan lagi. Berbeda
dengan mereka yang di pondok, yang mereka temui pun sepulang sekolah adalah
orang asing lagi, proses belajar untuk saling memahami, saling menghargai dan
sebagainya mereka jalani. Untuk masalah makan atau mandi tidak perlu di
ungkapkan lagi bagaimana kemandirian mereka, belajar unutk mengatur uang yang
harus cukup sampai masa penjengukan selanjutnya.
Yang paling
sulit untuk disesuaikan adalah suasananya, nyaman atau tidak?
Tidak sedikit
anak-anak yang kembali pulang daripada harus tinggal di pondok, banyak faktor
yang menjadi kemungkinan. Survey saya, beberapa alasan mereka yang memilih zona
nyaman rumah bisa dikategorikan dengan 2 hal, yaitu karena tidak nyaman akan tempatnya atau tidak
nyaman dengan suasananya.
Mereka yang
tidak nyaman dengan tempat pondok, adalah mereka yang terbiasa hidup di arean
zona nyaman dan menolak keluar dari zona tersebut, contoh kecil saja, yang paling
dominan adalah masalah Handphone. Generasis milenial sekarang sangat terlihat
akan ketertarikan nya pada benda tersebut dan bahkan sudah menjadi setengah
dari bagian hidup mereka, peraturan pondok yang melarang membawa benda dengan
tujuan agar mereka fokus dalam belajar, sontak saja menjadi alasan terbesar
anak untuk menolak tinggal di pondok. Bahkan yang sudah lama di pondok pun
tidak jarang ada yang ketahuan melanggar peraturan tersebut, hal seperti ini
banya terjadi lho...
Adapun mereka
yang tidak nyaman dengan suasana adalah mereka yang cenderung sulit berbaur dan
menemukan teman. Pengalaman saya, asalkan ada teman semua bisa di jalankan. Dan
ternyata hal ini juga sangat berpengaruh di area pondok. Jika kalian susah
bergaul dan tidak punya teman di pondok maka kalian akan kesusahan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari kalian dipondok. Rata-rata nya adalah orang
pendiam yang pumya masalah ini. Sebisa mungkin kalian harus supel agar merasa
nyaman di pndok dan memiliki teman yang bisa kalian ajak untuk sekedar curhat
mengeluarkan isi hati.
Tapi, terlepas dari semua itu, kalian akan merasa
betah di pondok jika tekad kalian benar-benar besar dan sangat ingin
mendapatkan ilmu dari sana. Karena salah satu guru saya bilang bahwa “Tekad
yang kuat mampu mendobrak segalanya”. Tidak perlu ambil hati akan masalah yang
kalian hadapi, bawa enjoy saja. Karena godaan dalam mencari ilmu itu sangat
besar dan akan terasa berat, dari sanalah Tuhan menilai akan kesungguhan kita.
Tulisan ini
hanya curahan dari perasaan penulis yang
pernah ia rasakan, intinya penulis bangga pernah ada di lingkungan itu meski
masih doif akan pengamalan nya. Semoga kalian para mujahid yang tengah berjuang
di pondok mulia manapun, berhasil
mencapai tujuan yang diinginkan. Aamiin
#ODOP7
#kmp2
Ciyyyeh anak Pondok. Hehe di pondok atau dipondok?
BalasHapusDi pondok kan?
HapusKayaknya urub-urub nih Teh Yuli nulisnya
BalasHapusBaru ngeuh๐ apaan tuh urub-urub? And itu kebalikannya dasar ada ada aja
HapusHha iya ka buru-buru itu
HapusSemangat, Yul.. ๐๐๐
BalasHapusMakasih umy
HapusDulu di pesantrenku ya, setiap santri yg ketauan bawa hp, ฤฐtu hpnya langsung dihancurkan pakai palu di tempat umum. Hwoo
BalasHapusItu tandanya, pondok Kaka benar2 perhatian ๐
Hapussuka arti pepatahnya walaupun gak tau cara baca sundanya mantap
BalasHapusSiap ka terimakasih
Hapuspernah ngerasain jadi anak pondok pas tiao diklat ramadhan. Seruuu
BalasHapusAlhamdulillah ๐
HapusKayak tetanggaku, ga kuat sama pondok langsung pulang ke rumah
BalasHapusAku juga pasti pulang ke rumah ka๐ gk punya tempat lagi soalnya hehe✌️
BalasHapusAnak pondok joos๐
BalasHapusJadi ingat waktu pendampingan ke pondok sama salah satu komunitas remaja di sini...asyik betul waktu mereka curhat he-he-he
BalasHapus